Mengagumimu ……..

Namaku Amung Wulandari. Aku biasa dipanggil dengan sebutan Amung. Umurku 17 tahun dan aku masih duduk di bangku SMA. Kau tahu, masa SMA adalah masa paling berwana dalam dunia remaja. Masa ini tidak akan terulang ketika kita sudah lulus dari bangku SMA. Masa ini penuh dengan kenangan. Begitu juga dengan ku yang memiliki setuja kenangan dalam dunia cinta.
Pagi. Dimana sang surya muncul untuk menyinari. Menghilanghkan kabut yang menyelimuti sunyi. Bagiku waktu selalu pagi dimana janji dan semangat baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Aroma masakan ayah sudah tercium begitu lezat. Aku segera lari menuju dapur dan menghampirinya.
“Pagi yah” sapaku sambil memeluk ayah dari belakang.
“Kau selalu cantik tiap paginya, mirip sekali dengan ibumu” perkataan yang selalu aku dengar ketika aku menyapa ayah di setiap paginya. Ibuku telah tiada saat melahirkanku dan aku adalah anak satu-satunya. Kini aku hanya tinggal berdua dengan ayahku. Satu-satunya orang yang aku punya di dunia ini. Inilah rutinitasku pagi hari selalu sarapan bersama ayah.
“Ayah, Amung berangkat” aku pamit sambil mencium tangan ayah.
“Belajar yang rajin ya nak” ucap ayahku.
Sekolah ku tak terlalu jauh. Aku hanya perlu berjalan kaki dan membutuhkan waktu sekitar 10 menit menuju sekolah. Ku nikmati hembusan angin pagi sesekali ku barnyanyi. Setiba di sekolah aku langsung menuju kelas ku. Kelas ini penuh dengan cerita hangat dengan kebersamaan dan kekompakan. Dan kau tahu ada satu orang disana yang aku kagumi. Dia tak banyak bicara, orangnya cukup cerdas di kelas, dia sangat kaku dan sulit untuk didekati, egois dalam menentukan keputusan, suka berdebat dan pintar dalam diskusi. Tak perlu kusebutkan namanya. Entah kenapa aku memiliki alasan tersendiri untuk mengaguminya. Aku hanya mengaguminya dalam diam, pernah suatu waktu ku meliriknya dan tanpa sengaja dia juga sedang melihatku, mata kami bersitatap dalam sejenak. Aku langsung memalingkan wajahku takut dia tau bahwa selama ini aku sering memperhatikannya. Wajar saja untuk anak seusiaku mengalami rasa yang seperti ini. Entahlah, kupikir rasa ini tak terbalas. Mana mungkin juga dia menyukai ku. Aahh sudahlah, tugasku hanya belajar tak perlu aku memikirkan dia, dia saja tak pernah melihatku.
Jam istirahat berdering, aku dan temanku seperti biasa berjalan menuju kantin menghabiskan waktu untuk membeli jajanan atau hanya sekedar nongkrong disana. Aku tipikal orang yang banyak teman tak heran jika seluruh kantin rame dengan suara gelak tawa dari kebersamaan teman-temanku. Selepas dari kantin kita kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Sama seperti hari-hari sebelumnya, dia selalu membuatku kagum dengan kesinisan raut wajahnya. Terkadang aku berusaha untuk mengajaknya bicara. Tapi, setiap kali aku bicara dengannya jawaban yang dia lontarkan tak lain hanya ya atau tidak. Ada niatan tersendiri untuk tidak pernah mengganggunya lagi. Tapi yang namanya hati tak pernah terkalahkan. Baiklah, akan aku simpan rasa ini, cukup aku yang tahu.
Sepulang sekolah aku langsung pulang kerumah. Tak ada agenda untuk latihan volly hari ini. Dan kalian harus tau aku salah satu atlet volly di sekolah. Di rumah seperti biasa aku selalu menunggu ayah pulang dari kantor. Deru mobil terdengar dari kamarku. Aku segera lari dan menghampiri ayahku. Aku memeluknya. Betapa hangatnya berada di pelukan sang ayah, namun mebuat ku sedih karena aku tak pernah merasakan pelukan dari ibu. Aku langsung menceritakan perasaanku kepada ayah. Ayahlah motivasi ku setiap kali aku ada masalah baik itu dalam permasalahan cinta atau segalanya. Ayah hanya berkata cukup kau simpan perasaanmu, lepaskanlah. Maka esok lusa, jika dia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhanya jadinya, itu bukan cinta sejatimu. Aku hanya diam, masih kucerna apa kata ayahku. Dua detik kemudian aku langsung menjetikkan jariku dan berkata aku paham ayah. Aku berkata dalam hati dia tak pernah sama dengan yang lain. Dia itu penting. Selalu memiliki ruang khusus di hatiku. Dibagian terdalam hatiku dia akan kurawat dengan rindu. Tak apa dia tak bersama ku, aku masih bisa bersyukur pernah melabuhkan cinta padanya. Dan akan selalu ku ingat bahwa cinta tak harus memiliki, cukup cintai dia dari jauh dan doakan dia untuk kebahagian kedepannya. Maka akan selalu ada doa yang terbalaskan.

 

By : Ria Febrianti

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *