semangat aktivis era orde baru 
"reformasi rezim soeharto"
oleh: Idrus zaman

 

Pada tahun 1998, Indonesia mengalami pukulan berat dari bidang perekonomian , yaitu krisis moneter yang menerpa asia timur, yang ditandai dengan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika dari sekitar Rp. 2.000 perdolar As menjadi Rp. 17.000 perdolar As, sehingga menimbulkan presentasi pengangguran dan maraknya korupsi di indonesia. Masyarakat yang tidak puas terhadap pemerintah yang dinilai lamban pada saat itu, sehingga memacu timbulnya gelombang demonstran besar-besaran turun ke jalan , di awali oleh mahasiswa universitas trisakti, yang pada saat itu lokasi kampus berdekatan dengan gedung MPR-RI , kemudian di susul oleh rekan-rekan mahasiswa dari berbagai sektor wilayah bersama-sama menyuarakan dan menuntut keadilan atas lambannya pemerintah pada rezim soeharto dengan cara turun ke jalan . Demonstrasi pun terhitung sejak bulan mei sampai desember 1998, Banyak tuntutan yang mereka suarakan salah satunya adalah tanggung jawab dari bapak presiden pada waktu itu terkait kasus ekonomi dan merajalelanya korupsi yang sering di dengar sebagai kolusi,korupsi dan nepotisme (KKN) praktek yang di buat pada orde baru itu menuai kontroversi. Pada tanggal 21 mei 1998, setelah gagal mendapatkan simpati dan dukungan dari ulama maupun tokoh masyarakat beserta Kemunduran 14 mentrinya , soeharto pun menyatakan mundur dari kursi kepresidenan dan membuat suasana istana kepresidenan depresi oleh kekosongan jabatan , sehingga pengalihan jabatan diberikan pada B.J. Habibie. Kemunduran soeharto adalah awal jatuhnya rezim orde baru.

Pada saat itu pula kerusuhan bernuansa etnis di Jakarta dan merebak ke daerah Indonesia, kerusuhan ini dipicu oleh tewasnya 4 demonstran dari mahasiswa universitas trisakti yang tertembak oleh aparat. Gelombang demonstran semakin pasang dan menuai kontroversi baru terhadap Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), yang dianggap gagah berani dalam upaya memerangi mahasiswa yang menjadi faktor kericuhan dan anarkis, bertempur mati-matian untuk mengusir penjajah bersenjatakan poster dan megapon ini. Mahasiswa menyuarakan tuntutannya kembali untuk pencabutan panji-panji dwifungsi dari ABRI yang di nilai sudah menyalah gunakan wewenangnya pada saat itu.

Sekian banyak peran mahasiswa yang disebut aktivis terlibat dalam dinamika pemerintahan pada jaman reformasi . apa kabar para aktivis hari ini, masihkah para mahasiswa sekarang selalu ideal dengan keadilan dan menyuarakan suara nya dengan lantang ketika terjadi ketimpangan pada kehidupan sosial kini. Aktivis hari ini banyak yang telah keluar dari koridornya sebagai mahasiswa yang sering disebut-sebut sebagaiĀ  agent of-change. Bagi mahasiswa jalan adalah akhir , ketika aspirasi sudah tidak di dengarkan lagi, jalan sebagai media penyampai aspirasi bagi para aktivis untuk beraspirasi bukan dijadikan ajang sebagi eksistensi dan kehebatan dari masing-masing kelompok.

piye le kabare? penak jaman ku toh”

 

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *