IMG-20170830-WA0100

REFLEKSI KEBANGSAAN : PEMUDA BERHENTI, INDONESIA MATI

Pemuda Dan Pergerakan Indonesia, Bagaimanakah keberadaannya kini ?
Mari kita melakukan perjalanan waktu ke masa lalu, masa dimana sejarah pegerakan Indonesia dan pemuda berada. Kami mengambil pemuda sebagai objeknya, karena di mana ada gerakan perubahan, maka dapat dipastikan ada unsur pemuda di dalamnya.
Kita awali dari masa awal Pergerakan Nasional, masa ini ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi kepemudaan antara lain Budi Utomo (BU), Sarekat Islam (SI), dan Indische Partij (IP). Kata “Pergerakan Nasional” mengandung suatu pengertian yaitu merupakan perjuangan yang dilakukan oleh organisasi secara modern ke arah perbaikan taraf hidup bangsa Indonesia yang disebabkan karena rasa tidak puas terhadap keadaan masyarakat yang ada. Gerakan yang mereka lakukan memang tidak hanya terbatas untuk memperbaiki derajat bangsa tetapi juga meliputi gerakan di berbagai bidang pendidikan, kebudayaan, keagamaan, wanita dan pemuda.
Budi Utomo berasal pertama kali digagas oleh dr. Wahidin Sudirohusodo, seorang dokter Jawa dari Surakarta pada tahun 1908, dr. Wahidin bertemu dengan Sutomo pelajar Stovia. Dokter Wahidin mengemukakan gagasannya pada pemuda-pemuda Stovia dan para pemuda tersebut menyambutnya dengan baik. Sehubungan dengan itu pada tanggal 20 Mei 1908 diadakan rapat di satu kelas di Stovia. Rapat tersebut berhasil membentuk sebuah organisasi bernama Budi Utomo dengan Sutomo ditunjuk sebagai ketuanya. Berdirinya Budi Utomo sebenarnya telah menjadi tonggak yang cukup kuat bagi perkembangan pergerakan nasional. Menurut sejarawan yang ada di Indonesia maupun luar negeri, Budi Utomo merupakan mercusuar bagi pergerakan nasional Indonesia.
Berselang satu tahun kemudian, yaitu pada tahun 1909 R.M. Tirtoadisuryo mendirikan perseroan dalam bentuk koperasi bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Perseroan dagang ini bertujuan untuk menghilangkan monopoli pedagang Cina yang menjual bahan dan obat untuk membatik. Sekitar akhir bulan Agustus 1912, Serikat Dagang Islam diganti menjadi Serikat Islam (SI). Dalam kongres Serikat Islam di Madiun pada tahun 1923 nama Serikat Islam diganti menjadi Partai Serikat Islam. Partai ini bersifat nonkooperasi yaitu tidak mau bekerjasama dengan pemerintah tetapi menginginkan perlu adanya wakil dalam Dewan Rakyat.
Organisasi yang sejak berdirinya sudah bersikap radikal adalah Indische Partij. Organisasi ini dibentuk pada tahun 1912 di kalangan orang-orang Indo di Indonesia dipimpin oleh E.F.E. Douwes Dekker. Cita-citanya adalah agar orang-orang yang menetap di Hindia Belanda (Indonesia) dapat duduk dalam pemerintahan. Organisasi ini memiliki semboyan yaitu Indie Voor de Indier (Hindia bagi orang-orang yang berdiam di Hindia). Dibandingkan dengan Budi Utomo, Indische Partij telah mencakup suku-suku bangsa lain di nusantara.
Organisasi-organisasi inilah yang mempelopori awal Pegerakan Nasional dan bisa kita lihat komposisi yang paling besar adalah pemuda. Hal ini membuktikan bahwa pemuda memiliki peran penting dalam pergerakan suatu bangsa.

Selanjutnya, mari kita berjalan melintasi waktu lagi!!! Sekarang kita berhenti di Era 20-an. Pada masa ini muncul gerakan-gerakan pemuda seperti gerakan Tri Koro Darmo, Jong Java, Jong Celebes Bond, Jong Sumatra Bond, Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia, dan Indonesia Muda. Pada tanggal 30 April 1926 mereka mengadakan Kongres Pemuda I di Jakarta. Dalam kongres dihasilkan keputusan untuk mengadakan Kongres Pemuda Indonesia II, dan semua perkumpulan pemuda agar bersatu dalam satu organisasi pemuda Indonesia. Kemudian kongres pemuda II diadakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928, dalam kongres ini disepakati 3 (tiga) keputusan pokok yaitu: 1) Dibentuknya suatu badan fusi untuk semua organisasi pemuda. 2) Menentapkan ikrar pemuda Indonesia bahwa mereka: a) Mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. b) Mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. c) Menjunjung bahasa yang satu, bahasa Indonesia (yang sekarang dikenal sebagai Sumpah Pemuda, Lengkapnya periksa, R.Z. Leirissa dkk. op.cit. hlm.26). 3) Asas ini wajib dipakai oleh semua perkumpulan di Indonesia. Hasil kongres inilah yang menjadi pondasi bagi persatuan Indonesia.
Pada awal abad ke-XX di Indonesia ditandai dengan semakin kerasnya politik kolonial Belanda. Politik kolonial Belanda yang demikian represif membuat kehidupan rakyat semakin menderita. Kemudian muncul perhatian terhadap kedudukan dan keadaan penduduk pribumi. Maka bangkitlah tuntutan terhadap perbaikan nasib pribumi. Pemerintah kolonial Belanda menjawab tuntutan dari kalangan agamawan, ataupun partai sosialis yang sering menyebut dirinya sebagai kaum humanis dengan melaksanakan politik Ethis.
Politik Ethis dalam pelaksanaannya kurang memuaskan, namun dalam bidang pendidikan suka atau tidak, program tersebut telah melahirkan suatu kelas baru yang dikenal sebagai kaum terpelajar. Kaum terpelajar ini yang kemudian berkumpul, berdiskusi dan akhirnya mereka membuat kelompok-kelompok. Dari kelompok-kelompok ini maka terbentuk organisasi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dan juga terbentuk organisasi modern yang disebut partai seperti, Partai Komunis Indonesia dan Partai Nasional Indonesia. Melalui organisasi-organisasi inilah tersebut nama-nama seperti, Wahidin Sudirohusodo, Sutomo, Cipto Mangunkusumo, Tirtoadisuryo, Semaun, Tan Malaka, Hatta dan Sukarno.
Mereka hanyalah sekelumit pemuda yang sadar dan mencoba memahami keadaan-keadaan sosial masyarakat pada masa itu dan mencoba untuk bersikap (aksi). Dalam aksinya, tak jarang mereka dijegal oleh tangan-tangan besi pemerintah kolonial belanda yang membuatnya lemah, namun mereka terus berusaha bergerak, berjuang demi mempperbaiki nasib rakyat Indonesia.
Selanjutnya, mari kita beralih lagi melintas di Era 40-an yaitu masa dimana jepang menancapkan kekuasaannya di Indonesia. Kita semua tau bahwa jepang menduduki Indonesia dari tahun 1942-1945, diwarnai dengan perubahan-perubahan yang penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Perubahan-perubahan itu terlihat nyata dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Dengan masuknya Jepang tidak berarti Pergerakan Nasional Indonesia akan berhenti. Cita-cita perjuangan telah tertanam pada kaum pergerakan. Oleh sebab itu Pemerintah Militer Jepang tidak dapat menghindari terbentuknya organisasi-organisasi seperti PUSAT TENAGA RAKYAT (PUTERA), Pemuda Menteng, Perhimpunan Kebangkitan Rakyat dan lain-lain. Organisasi-organisasi ini pada hakekatnya dimotori oleh tokoh-tokoh seperti Ir. Soekarno. Ki Hajar Dewantara, KH Mas Mansur, Chairul Saleh dan lain-lain. Gencarnya pergerakan politik pada awal pendudukan Jepang membuat pemerintah Jepang melarang semua kegiatan politik. Pada tanggal 21 Maret 1942 dikeluarkan surat keputusan untuk membubarkan semua organisasi yang bergerak di bidang politik.
Menjelang akhir tahun 1944, pada Perang Dunia II yang dikenal dengan Perang Pasifik Jepang keluar sebagai pihak yang kalah. Akibatnya Kabinet Tojo jatuh dan digantikan oleh Kabinet Jenderal Koiso. Dalam kebijakannya kabinet Jenderal Koiso mengumumkan apa yang dikenal dengan janji kemerdekaan Indonesia di kelak kemudian hari. Berbagai daerah pangkalan tentara Jepang dikuasai oleh Tentara Sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat. Di antaranya adalah daerah Balikpapan. Pada bulan Maret 1945 Panglima Tentara di Jakarta mengumumkan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang diketuai oleh dr. Rajiman Widiodininggrat, badan ini sangat penting artinya bagi perjuangan bangsa Indonesia khususnya untuk mewujudkan kemerdekaan. Badan penyelidik ini kemudian dibubarkan dan dibentuk badan baru Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Setelah kekalahan jepang maka di Indonesia pada waktu itu yang berada dalam penguasaan Jepang terjadi kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Dalam kekosongan kekuasaan tersebut lagi-lagi pemuda menuntut Sukarno dan Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Akhirnya Indonesia diproklamirkan kemerdekaannya atas nama Sukarno-Hatta. Lahirlah apa yang disebut sebagai nasion Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945, yang menurut Ben Anderson disebut sebagai revolusi pemuda (B.R.O’G. Anderson. Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944-1946. Ithaca. Cornell Universit Press. 1972). Sehari setelah kemerdekaan Ir. Soekarno ditunjuk sebagai Presiden Republik Indonesia dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden lewat sidang PPKI, sidang ini juga mengesahkan UUD 1945.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *