Hallo Sobat Kimia. Tampaknya kabar duka masih menyelimuti negeri kita tercinta. Pandemi Covid-19 masih menjadi boomerang yang begitu mengerikan bagi masyarakat dunia terutama di negara Indonesia. Sara dan lara yang berujung duka begitu jelas dan nyata terasa dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Bidang ekonomi, sosial dan pastinya kesehatan telah terdampak berat akibat adanya pandemi Covid-19 ini, dan yang begitu miris ialah korban jiwa yang tiap harinya tidak kunjung reda sedang dialami di Indonesia. Indonesia juga sempat dinyatakan sebagai negara dengan kasus kematian harian terbanyak di dunia akibat virus Covid-19.
Sesuai yang dilansir dalam Worldometers pada tanggal 11 Juli 2021, tercatat ada 36.197 kasus baru yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia dan hal ini menambah total kasus pasien terinfeksi Covid-19 sebanyak 2.527.203 kasus. Disamping itu, terlapor ada 1.007 kasus kematian baru dalam satu hari, yang menjadikan Indonesia dengan kasus kematian harian terbanyak di seluruh dunia pada 11 Juli 2021.
Apakah kita tinggal diam dengan kondisi ini? Tentunya berbagai upaya telah gencar dan masif dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19, seperti adanya peraturan pemerintah untuk selalu mematuhi prokes (protokol kesehatan), PSBB, vaksinasi, dan yang baru-baru ini adalah PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Tampaknya upaya-upaya tersebut masih belum terbukti efektif dalam pemutusan mata rantai penyebaran virus Covid-19 di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari kasus terinfeksi dan kematian yang masih begitu tinggi dialami oleh masyarakat Indonesia.
Disisi lain, ketidakberhasilan dan kurang efektifnya upaya pemutusan penyebaran virus Covid-19 di Indonesia tentunya tak lepas dari kegiatan atau pola hidup masyarakat yang masih lalai dalam pencegahan penyebaran virus ini. Anjuran-anjuran untuk pemasifan protokol kesehatan masih begitu lemah diterapkan. Lengahnya upaya self protection yang dilakukan oleh setiap individu menyebabkan penyebaran virus ini hari demi hari masih terus bertambah di Indonesia.
Memakai masker adalah salah satu anjuran sekaligus aturan yang dimasifkan dalam penerapan protokol kesehatan dimasa pandemi Covid-19 ini. Hal ini menjadikan masker sebagai benda yang paling akrab dan sering ada di sekitar manusia dalam kondisi pandemi. Masker memiliki fungsi yang cukup penting dalam membantu mencegah penyebaran virus Covid-19. Misalnya di Indonesia, produksi masker mengalami lonjakan yang cukup tinggi hingga kisaran 796%. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Selasa (17/11/2020) menyatakan bahwa produsen alat kesehatan mengalami lonjakan jumlah yang cukup signifikan selama pandemi Covid-19, contohnya jumlah produsen masker melonjak sampai 796,15% hingga 14 November 2020 berdasar pada informasi yang termuat dalam kompas.com.
Melonjaknya produksi masker memang menandakan kesadaran dalam memakai masker sudah cukup tinggi diterapkan oleh masyarakat dalam upaya pemutusan penyebaran virus Covid-19 ini. Senada dengan hal tersebut, tak jarang dari mereka sering kali lalai bahkan abai dalam pemakaian masker yang disebabkan karena kurang pahamnya mereka akan pentingnya fungsi masker dalam menyelamatkan kehidupan, baik bagi diri sendiri ataupun orang lain dari paparan virus Covid-19.
Fungsi Masker Dalam Memutus Mata Rantai Penyebaran Covid-19
Masker memiliki fungsi yang cukup penting dalam mencegah sebaran virus Covid-19, tentunya masker berfungsi sebagai pelindung yang memblokir dari paparan virus secara langsung yang dibawa melalui droplet (tetesan pernapasan) dan transmisi udara. Berdasarkan penelitian dari Leung,dkk penggunaan masker secara terus menerus memiliki manfaat paling penting dalam memberikan perlindungan dan mencegah penyebaran virus dari penderita asimptomatik, bergejala ringan dan pra-pembawa gejala.
Berdasarkan studi analisis Atmojo, dkk menginformasikan bahwa penularan Covid-19 melalui droplet yang mengandung virus ataupun aliran udara (aerosol) menjadi jalur utama yang menyebabkan virus menyebar dan memiliki daya penularan tinggi, saat pandemi terjadi sangat penting untuk mengontrol sumber infeksi. Diinformasikan pula bahwa berbagai studi eksperimental telah melaporkan jika beberapa jenis masker seperti, masker bedah medis dan N95 dapat melindungi pemakainya dari berbagai infeksi atau kemungkinan menularkan infeksi. Hasil ini tampak konsisten, sehingga dapat digunakan oleh para petugas layanan kesehatan untuk melindungi diri terhadap infeksi pernapasan. Masker dapat berfungsi dalam melindungi dari tetesan yang lebih kasar dan transmisi aerosol yang lebih halus.
Fungsi masker tidak hanya untuk perlindungan secara individual saja, melainkan pemakaian masker sangat bermanfaat bagi orang lain yang ada di sekeliling kita. Penggunaan masker dapat dikatakan menjadi suatu kebijakan yang sangat mungkin diterapkan karena jika dilihat secara kasat mata kita tidak bisa memprediksi siapa dan dimana virus dapat ditularkan. Penularan virus Covid-19 dapat terjadi dari orang yang bergejala ataupun tanpa gejala, dari orang terdekat kita, misalnya klaster keluarga yang sering tidak kita sadari penularannya. Hal itu menunjukkan bahwa penggunaan masker memiliki fungsi yang penting dalam membantu upaya preventif kita untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.
Rekomendasi Jenis Masker dan Efektifitasnya dalam Memutus Sebaran Virus Covid-19
Beberapa jenis masker serta efektifitasnya dalam memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19, antara lain:
1. Masker N95
Berdasarkan penelitian dari E. Hossain, dkk menunjukkan bahwa masker N95 dapat menyaring partikel berukuran 0,3 μm dengan efisiensi 95%. Masker N95 dimaksudkan untuk penggunaan satu kali karena dua alasan: (1) potensi kontaminasi dan (2) penurunan efisiensi filtrasi yang cepat saat digunakan. Namun, pandemi Covid-19 baru-baru ini telah mengakibatkan kelangkaan masker yang serius, yang telah memulai pencarian intensif untuk metode yang memungkinkan penggunaan ganda.
Filtration efficiency and charge of masks tested.
Sumber : https://aip.scitation.org/doi/10.1063/5.0023940
Pada tipe masker N95, filtrasi elektrostatik dilakukan oleh lapisan yang terdiri dari
mesh non-anyaman dari serat polipropilena bermuatan. Sebagian besar pori-pori di mesh ini memiliki skala panjang karakteristik sekitar 15 μm, dan sekitar 90% dari ruangnya kosong. Lapisan ini ditahan di antara dua atau lebih lapisan kuasi-kaku yang memberikan dukungan dan filtrasi mekanis. Polypropylene adalah elektret, bahan dielektrik, yang dapat menahan muatan atau memiliki momen dipol mikroskopis bersih.
2. Masker bedah atau surgical masks
Berdasarkan pada penelitian dari JinXiang Xi,dkk dinyatakan bahwa masker dicirikan oleh efisiensi filtrasi (FE) dan permeabilitas (atau kemampuan bernapas). Masker bedah dengan FE yang diukur secara eksperimental memiliki efektifitas (65%) dan porositas (10%) digunakan dalam penelitian ini, di mana FE diukur menggunakan TSI 8130 (TSI Incorporated) dan porositas diukur menggunakan gambar SEM dari sampel masker.
Sumber : https://aip.scitation.org/doi/10.1063/5.0034580
Dengan efisiensi filtrasi 65% (FE) untuk tipe masker bedah tiga lapis, pemakaian masker mengurangi dosimetri untuk semua partikel mikrometer kecuali partikel berukuran 1 μm-3 μm, yang berdasarkan prediksi dosimetri setara dengan dan tanpa masker di saluran napas. Mengenakan masker mengurangi penetrasi partikel ke dalam paru-paru, terlepas dari FE masker. Hasilnya juga menunjukkan bahwa pemakaian masker melindungi saluran napas bagian atas (khususnya hidung dan laring) paling baik dari partikel yang lebih besar dari 10 μm sekaligus melindungi paru-paru paling baik dari partikel yang lebih kecil dari 10 μm.
3. Masker kain 3 lapis
Berdasarkan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2020), masker non medis atau masker kain dapat berfungsi sebagai penghalang untuk mencegah penyebaran virus dari pemakai ke orang lain. Masker kain yang direkomendasikan memiliki tiga lapisan yaitu lapisan dalam yang mampu menyerap, lapisan bagian tengah digunakan sebagai penyaring, serta lapisan bagian luar yang berbahan polyester. Masker kain memiliki tingkat keefektifan 7% – 49% mampu menjebak droplet yang dilepaskan saat orang yang memakai masker bersin, batuk, atau berbicara. Masker kain mudah dibeli secara komersial atau dengan membuat sendiri, dan dapat dicuci serta dipakai kembali. Masker kain akan mengurangi penyebaran virus Covid-19 ketika digunakan secara luas oleh orang-orang di tempat umum.
Menurunnya Efektivitas Masker dalam Upaya Memutus Penyebaran Virus Covid-19
Lengah dan lalai merupakan tindakan yang sering kali manusia lakukan, bahkan tak jarang dalam upaya self protection dalam upaya preventif dari sebaran virus Covid-19 sering kali mereka abaikan. Dalam memakai masker masyarakat memang sudah mematuhi kebijakan tersebut, namun tak sedikit dari mereka masih belum menyadari kesalahan yang dilakukan dalam implementasinya. Beberapa tindakan kelalaian masyarakat yang menyebabkan kurang efektifnya masker dalam upaya perlindungan dan pencegahan dari virus Covid-19:
- Langsung pakai, masyarakat sering kali memakai masker secara langsung tanpa memperhatikan kondisi kebersihan tangannya.
- Masker tidak menutupi hidung, mulut, dan dagu.
- Sering menyentuh bagian depan masker.
- Memakai masker secara terbalik.
- Memakai masker yang kotor.
- Tidak konsisten dalam memakai masker.
- Hanya menggunakan masker 1 lapis.
- Penggunaan masker diluar batas waktu maksimal, misal menggunakan surgical masks lebih dari 8 jam dapat menyebabkan infeksi.
- Memakai masker sekali pakai secara berulang-ulang (bekas) bahkan mencuci masker bekas kemudian dipakai kembali.
Tindakan-tindakan diatas merupakan contoh perilaku lalai yang sering dilakukan masyarakat sehingga menyebabkan efektifitas masker berkurang bahkan menghilangkan fungsi dari masker dalam mencegah sebaran virus Covid-19.
Bahaya Masker Bekas yang Digunakan Berulang Kali
Menggunakan masker sebagai tindakan preventif sangatlah baik dilakukan dalam kondisi pandemi, namun tak bijak jika seorang mengenakan masker sekali pakai berulang kali (bekas) dengan tujuan menghemat, namun lupa untuk hidup sehat. Pemakaian masker sekali pakai secara berulang kali akan menimbulkan resiko bahaya bagi kesehatan sekalipun masker telah di cuci.
Berdasarkan informasi yang diberikan oleh tempo.co, penelitian yang dilakukan Universitas Massachusetts Lowell dan Universitas California Baptist di Amerika Serikat menyatakan masker memperlambat aliran udara, membuat orang lebih rentan menghirup partikel dan masker yang kotor tidak dapat secara efektif menyaring tetesan terkecil.
Berdasarkan yang dilansir halodoc.com, masker yang sudah dipakai berulang kali akan kehilangan fungsi utamanya sebagai penyaring debu dan kotoran yang baik. Dalam hitungan 8 jam setelah pemakaian masker dapat mengakibatkan infeksi yang tidak bisa dihindari. Infeksi yang tidak segera ditangani akan menimbulkan dampak yang lebih serius terhadap kondisi kesehatan kita, terutama pada saluran pernapasan. Hal tersebut merupakan dampak terbesar terhadap penggunaan masker yang tidak higienis atau penggunaannya yang dilakukan berulang kali.
Mengacu pada penelitian JinXiang Xi, dkk menunjukkan bahwa mengenakan masker filtrasi nol dapat menyebabkan laju deposisi partikel yang lebih kecil dari 10 µm di saluran napas bagian atas untuk semua laju aliran (15 1/menit – 60 1/menit) dan matriks resistensi topeng yang dipertimbangkan. Namun pada pengamatannya, tampak sedikit berlawanan dengan intuisi ini saat dikaitkan dengan perubahan tekanan dan aliran udara yang disebabkan oleh masker, yang selanjutnya akan dapat mengubah inhalasi partikel dan deposisi atau endapannya.
Temuan tak terduga ini menimbulkan peringatan bahwa memakai masker secara signifikan akan membuat efisiensi penyaringan menjadi sangat rendah sehingga dapat menyebabkan kemungkinan pengendapan aerosol ambeien yang lebih tinggi dan dengan demikian dapat lebih berbahaya daripada perlindungan terhadap virus. Dalam penelitian ini, mereka mengasumsikan efisiensi filtrasi 65% dari masker, untuk tipe masker bedah tiga lapis, untuk semua ukuran partikel.
Dari beberapa bahaya yang ditimbulkan akibat tidak mengganti masker dan bahkan menggunakan masker bekas, tentunya kita harus lebih bijak dalam memakai masker. Masker dengan kualitas baik disertai cara pemakaian yang benar akan membantu diri sendiri maupun orang lain dalam upaya mencegah penularan virus Covid-19 ini sehingga dapat menekan laju penyebaran virus Covid-19 di Indonesia. Dalam hal penerapan penggunaan masker yang baik dan benar kita dapat melihat rujukan atau anjuran yang diberikan dari kementerian kesehatan RI atau dari badan kesehatan dunia (WHO), yaitu miniml dengan mengenakan masker sekali pakai sebagai mestinya.
~ Maskermu Melindungiku, Maskerku Melindungimu! tidak akan menjadi slogan semata, ketika kita mau memakai masker dengan baik dan benar serta taat pada protokol kesehatan. Tindakan yang benar akan mengantarkan kepada keberhasilan, mari bebaskan Indonesia dari pandemi Covid-19!
Referensi :
Atmojo, J., Iswahyuni, S., Rejo, Setyorini, C., Puspitasary, K., Ernawati, H., dkk. 2020. Penggunaan Masker Dalam Pencegahan Dan Penanganan Covid-19: Rasionalitas, Efektivitas, Dan Isu Terkini. Avicenna : Journal of Health Research, Vol 3 No 2. /DOI :10.36419/avicenna.v3i2.420
Halodoc. 2020. Hati-Hati, Kenali Bahaya Masker Tak Higienis. https://www.halodoc.com/artikel/hati-hati-kenali-bahaya-masker-tak-higienis diakses pada tanggal 15 Juli 2021.
Hossain, E., Bhadra, S., Jain, H., Das, S., dkk. 2020. Recharging and rejuvenation of decontaminated N95 masks. Physics of Fluids 32, 093304 (2020); https://doi.org/10.1063/5.0023940
JinXiang Xi dan Xiuhua April Xi. 2020. Effects of mask-wearing on the inhalability and deposition of airborne SARS-CoV-2 aerosols in human upper airway. Physics of Fluids 32, 123312 (2020); https://doi.org/10.1063/5.0034580
Leung, C. C., Lam, T. H. and Cheng, K. K. 2020. Mass masking in the COVID19 epidemic: people need guidance, The Lancet. doi: 10.1016/S0140- 6736(20)30520-1.
Maharani, Tsarina. 2020. Menkes: Produsen Masker Melonjak 796,15 Persen Selama Pandemi. https://nasional.kompas.com/read/2020/11/17/14304471/menkes-produsen-masker-melonjak-79615-persen-selama-pandemi diakses pada tanggal 15 Juli 2021.
TEMPO.CO. 2020. Peneliti Ingatkan Bahaya Pakai Masker Bekas. https://gaya.tempo.co/read/1415758/peneliti-ingatkan-bahaya-pakai-masker-bekas diakses pada tanggal 15 Juli 2021.
WHO. 2020. Anjuran mengenai penggunaan masker dalam konteks COVID-19. https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/anjuran-mengenai-penggunaan-masker-dalam-konteks-covid-19-june-20.pdf?sfvrsn=d1327a85_2 diakses pada tanggal 15 Juli 2021.
Worldometers. 2021. Covid-19 Coronavirus Pandemic. https://www.worldometers.info/coronavirus/ diakses pada tanggal 15 Juli 2021.